Jakarta - KeSEMaTBLOG. "KeSEMaT meraih Penghargaan Kalpataru 2019 dengan menerima Penghargaan Nominasi Kalpataru 2019 untuk Kategori Penyelamat Lingkungan," kata Sdr. Ilham Kuncahyo (Presiden), yang mewakili KeSEMaT menerima penghargaan. "Penghargaan ini juga diberikan kepada 11 tokoh dan institusi lingkungan lainnya. Sementara itu, yang menerima Penghargaan Penerima Kalpataru 2019 adalah 10 tokoh dan institusi lingkungan dari seluruh Indonesia. Jadi, total ada 21 tokoh dan institusi lingkungan di Indonesia yang menerima Penghargaan Kalpataru 2019," terangnya lebih lanjut.
Bangga sekali, setelah berkiprah selama kurang lebih 18 tahun, di tahun ini, KeSEMaT dipercaya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai penerima Penghargaan Nominasi Kalpataru 2019 kategori Penyelamat Lingkungan.
Sebagai informasi, Penghargaan Kalpataru 2019 terdiri dari Penghargaan Penerima Kalpataru dan Penghargaan Nominasi Kalpataru, yang masing-masing diberikan kepada 10 dan 11 dari 144 tokoh dan institusi lingkungan di seluruh Indonesia.
Penyerahan penghargaan dilakukan pada saat acara "Ramah Tamah Penerima Penghargaan Kalpataru Tahun 2019" yang diselenggarakan oleh KLHK di Hotel Ibis, Slipi, Jakarta (10/7/19).
Sdr. Bifa A. Manuhuwa (DP) yang turut hadir di acara ini menjelaskan bahwa penghargaan diserahkan setelah sambutan-sambutan dan jamuan makan malam bersama.
"Bapak Bambang Supriyanto selaku Direktur Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan memberikan sambutannya.
Setelah itu, diserahkan Penghargaan Kalpataru 2019 kepada 21 tokoh dan institusi lingkungan terpilih dari seluruh Indonesia," jelas DP. "Saya terharu dan sangat bangga," ungkapnya lebih lanjut.
Presiden menambahkan bahwa dirinya sangat bangga menjadi bagian dari sejarah KeSEMaT untuk menerima Penghargaan Kalpataru 2019.
Dicuplik dari Buku Penghargaan Kalpataru 2019, KLHK menyebutkan bahwa KeSEMaT diusulkan sebagai kelompok penyelamat lingkungan karena telah melakukan kegiatan konservasi lingkungan di Kampus Universitas Diponegoro di Jepara dari ancaman abrasi.
KeSEMaT juga telah melakukan penanaman hingga 500 ribu bibit mangrove dengan total luasan lahan hingga 50 ha di Jawa. Kegiatan lainnya adalah aksi advokasi penyelamatan mangrove secara konvensional, digital, dan revolusi mental yang telah dilakukan selama 18 tahun, yang didukung oleh Universitas, Pemerintah Daerah, dan jaringan LSM lingkungan di dalam dan luar negeri.
KeSEMaT juga aktif mengelola situs yang diakses oleh lebih dari 13 juta pengunjung dan media sosial, seperti Instagram dan Facebook yang mencapai 100 ribu pengunjung. Inovasi digitalisasi advokasi penyelamatan mangrove KeSEMaT yang modern sangat diminati oleh generasi milenial, juga masyarakat lokal dan internasional.
Kekuatan kelompok ini adalah pada kegiatan kampanye yang dilakukan di Semarang, beberapa wilayah Pesisir Pulau Jawa dan luar Jawa, dengan konsep “Mangrove Is Lifestyle” (MIL) KeSEMaT dan menyasar masyarakat umum dari semua kalangan.
Presiden berharap, Kalpataru yang diraih KeSEMaT ini akan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda di Indonesia untuk berani berkontribusi nyata di bidang lingkungan, sesuai dengan latar belakangnya masing-masing.
"KeSEMaT paling muda yang meraih Penghargaan Kalpataru ini. Jadi, saya berharap akan lebih banyak anak muda di Indonesia yang dapat meraih Penghargaan Kalpataru di masa depan, karena mangrove dan pesisir kita butuh banyak kontribusi dari generasi kita," terang Sdr. Ilham.
“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah mendukung KeSEMaT hingga sejauh ini dalam melestarikan mangrove," kata Presiden. "Terima kasih juga kepada pemerintah, swasta, perusahaan, mitra kerja dan kolega kami, khususnya kampus kami Universitas Diponegoro yang terus mendampingi perjalanan kami selama ini. Kalpataru ini adalah penghargaan untuk kita semua,” tambahnya.
Setelah menerima Penghargaan Kalpataru ini, KeSEMaT akan terus berupaya untuk menyelamatkan mangrove dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi, termasuk mengoptimalkan warga binaan, ekowisata mangrove dan Jaringan Patroli Pemantauan Ekosistem Mangrove-nya, tak hanya di Indonesia saja, melainkan di kawasan Asia Tenggara. (ADM/IK/AP).
No comments:
Post a Comment