18.5.21

Angkat Dampak Pembangunan Tol Tanggul Laut Terhadap Ekosistem Mangrove, KeSEMaT Sukses Gelar Mangrove REpLaNT 2021

Semarang - KeSEMaTBLOG. Pada tahun 2021, KeSEMaT kembali sukses menyelenggarakan salah satu program konservasi mangrove tahunannya, yaitu Mangrove REpLaNT (MR) dengan tema “Mangrove for Ecosystem Based Adaptation.” MR 2021 dilaksanakan pada tanggal 23 - 25 April 2021 di Badan Pelatihan Koperasi (BALATKOP) Usaha Kecil Menengah (UKM) Jawa Tengah (Jateng) dan Semarang Mangrove Center (SMC) Jateng, Mangunharjo, Semarang.

MR 2021 terdiri dari serangkaian kegiatan, seperti Selayang Pandang (SP), Seminar Nasional (Semnas), Pelatihan, Penanaman dan Penyulaman Mangrove, Focus Group Discussion (FGD), Pameran Industri Mangrove Kreatif dan Belanja ke Pusat Oleh-Oleh.

Hangatnya SP Hari Pertama
MR 2021 dibuka dengan SP. SP dilakukan untuk memperkenalkan tema besar MR 2021 yang juga merupakan langkah awal untuk saling mengenal peserta dan panitia satu dengan yang lainnya. SP dibuka dengan sambutan-sambutan dari Sdr. Fadzil Eka Jaya Saputra (MENKOMSI), selaku Ketua Pelaksana MR 2021, yang dilanjutkan dengan Sdr. Paspha Ghaishidra Muhammad Putra (Presiden).

Sesi perkenalan diri peserta menjadi acara berikutnya, yang disambung dengan Pemutaran After Movie MR 2020 sebagai sebuah informasi mengenai keseluruhan rangkaian kegiatan MR di tahun lalu.

”Perkenalkan, saya Vivin berasal dari Jakarta, yang saat ini menempuh studi di Universitas Diponegoro. Saya sangat senang bisa berada di tengah-tengah Bapak-Bapak dan teman-teman sekalian, untuk bersama-sama belajar mengenai mangrove,” ujar Sdri. Vivin, salah satu peserta MR 2021.

Peserta lainnya, dari Yogyakarta juga mengungkapkan kesan pertamanya, berikut alasannya mengikuti MT 2021.

“Saya berasal dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ternyata lumayan jauh jarak antara Semarang dan Yogyakarta, namun itu bukan penghambat bagi saya untuk mengikuti MR 2021," ujar salah satu peserta dari Yogyakarta. "Saya di sini tertarik untuk belajar praktik pemetaan dan drone untuk mangrove,” tambahnya.

Sdri. Tasya Putri Arinda (staf MENSEK), selaku Master of Ceremony (MC) menjelaskan bahwa SP merupakan wadah bagi panitia dan peserta untuk saling mengakrabkan diri. Dari sinilah, nanti akan timbul sharing pengalaman dan bertukar ide gagasan untuk mangrove di Indonesia

“Semoga tali silaturahmi kita dapat terus terjalin setelah MR selesai, sehingga dapat menebar manfaat, khususnya untuk mangrove yang ada di Indonesia,” harap MC.

Pelatihan Pengenalan Ekosistem Mangrove (P2EM)
Setelah melewati hangatnya SP, para peserta diajak melanjutkan kegiatan selanjutnya, yaitu P2EM. P2EM disampaikan oleh Sdr. Muhammad Zaky Afkar Hazmi, selaku Alumni KeSEMaT (AMaT) yang sudah ahli dan paham betul mengenai eksosistem mangrove.

Materi ekosistem mangrove yang disampaikan, terdiri dari manfaat mangrove, ancaman yang dihadapi ekosistem mangrove dan faktor pendukung hidup mangrove tersebut. Materi yang dipaparkan oleh Sdr. Zaky sangat menarik antusiasme peserta, sehingga memunculkan beberapa pertanyaan dari mereka.

Wah, saya baru mengerti bahwa selama ini mangrove dapat menjadi sabuk hijau di pesisir. Selama ini yang saya tahu bahwa mangrove hanya dapat digunakan sebagai tempat wisata saja,” ujar salah satu peserta dari Grobogan.

Pada akhir pelatihan dilakukan penyerahan plakat dan kenang-kenangan dari ketua pelaksana kepada pemateri, dan juga dilakukan sesi foto bersama dengan peserta.

Pelatihan Pewarnaan Batik Mangrove (P2BM)
Berlanjut di hari kedua, MR 2021 diawali dengan P2BM pada pukul 07.00 WIB. Pelatihan batik mangrove diawali dengan penyampaian materi oleh Ibu Mufidah, selaku ketua kelompok Srikandi Pantura. Materi yang disampaikan berupa sejarah adanya batik mangrove dan cara pembuatan batik mangrove. 

“Batik mangrove itu memiliki motif yang bergambarkan bagian-bagian dari pohon mangrove. Selain bagian pohon mangrove, juga bermotifkan biota yang ada di dalam ekosistem mangrove,” ujar Ibu Mufidah, pada saat pemaparan materi kepada peserta. “Selain itu, batik mangrove juga menggunakan pewarna alami yang dihasilkan dari propagul mangrove Rhizophora, sehingga warnanya coklat. Hal ini, menjadikannya bersifat alami dan lebih ramah lingkungan. Jadi batik mangrove tidak menggunakan pewarna sintetis,” jelasnya lebih lanjut.

Setelah sesi pemaparan materi selesai, peserta diarahkan menuju pelataran aula untuk melakukan praktik membatik secara langsung. Para peserta diberi selembar kain putih yang akan digambar menggunakan canting yang berisi malam.

“Membatik secara langsung seperti ini, ternyata sangat seru. Baru pertama kali ini, saya membatik. Walaupun agak sedikit kesulitan, tapi saya tetap menikmati. Membatik seperti ini, membuat saya jadi lupa waktu, karena keseruannya,” ujar Bpk Wadi, salah satu peserta yang berasal dari Balai Taman Nasional Karimun Jawa (BTNKJ).

Ibu Mufidah menjelaskan bahwa kelompoknya telah berhasil memasarkan produk batik mangrovenya tak hanya di dalam negeri saja, akan tetapi sudah merambah pasar luar negeri. Hal ini membuat usahanya dapat membantu peningkatan ekonomi keluarga.

"Sejak 2012, kami berdiri, dibantu dengan KeSEMaT dan jaringan mangrovenya, omset usaha kami sudah bisa mencapai jutaan rupiah," jelas Ibu Mufidah. "Kami sangat bersyukur, karena dengan usaha batik mangrove ini, kami dapat meningkatkan ekonomi keluarga dan dapat mengajarkan ilmu kami kepada banyak orang, terutama kepada istri-istri nelayan di pesisir Jawa Tengah ini," tambahnya. 

Meriahnya Semnas
Semnas MR 2021 mengangkat tema “Dampak Pembangunan Tol Tanggul Laut Terhadap Ekosistem Mangrove” yang menghadirkan tiga pembicara yang telah berpengalaman pada bidang tersebut. Adapun ketiga pembicara tersebut adalah Bpk. Muhammad Helmi (Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, Universitas Diponegoro - UNDIP), Semarang; Bpk. I Wayan Eka Dharmawan (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia - LIPI), Bogor dan Bpk. Miftahul Huda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah - BAPPEDA), Semarang.

Semnas dipandu oleh seorang moderator, yaitu Sdr. Gagas Tri Pamungkas (MENPORSI). Materi pertama hingga ketiga, secara berturut-turut disampaikan oleh Bpk. Helmi mengenai “Kontruksi dari Tol Tanggul Laut serta Efek Pembangunan Tol terhadap Ekosistem Mangrove,” Bpk. Wayan memaparkan “Fungsi Mangrove bagi Lingkungan serta Keberlangsungan Ekosistem Mangrove pada Pembangunan Tol,” dan Bpk. Huda menjelaskan “Perkembangan dan Analisis Dampak Lingkungan Akibat Pembangunan Tol Tanggul Laut.”

Hasil dari penyampaian materi yang sangat baik dari pemateri, memunculkan banyak pertanyaan dari peserta dan tamu undangan.

“Melihat dampak yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan tol tanggul laut terhadap ekosistem mangrove sangat tinggi, maka peran aktif masyarakat dan pemerintah sangat diharapkan, agar terjadi sinkronisasi mengenai pembangunan sehingga meminimalisir ancaman pembangunan bagi ekosistem mangrove dan masyarakat pesisir,” harap Sdri. Andin (KeMANGTEER Serang), di sela-sela pengajuan pertanyaannya.

Setelah sesi tanya jawab, semnas ditutup dengan penyerahan plakat dan kenang-kenangan kepada pemateri dan foto bersama dengan peserta yang hadir. Semnas yang dihadiri oleh beberapa instansi dan afiliasi KeSEMaT mendapat banyak pujian.

"Luar biasa KeSEMaT. Saat situsi seperti ini, sudah berani menghadirkan semnas offline dengan tema yang sangat relevan dan berbobot. Peserta yang hadir juga banyak dan acaranya sangat meriah," puji Sdr. Bambang J. Laksono (DP).  

Selain para peserta dari seluruh Indonesia, semnas tahun ini, juga semakin meriah karena dihadiri oleh perwakilan Walikota Semarang, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Pemali Jratun, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jateng, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jateng, Dinas Pertanian (DISPERTAN) Kota Semarang, Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Jateng Wilayah III, Yayasan Inspirasi Keluarga KeSEMaT (IKAMaT), Komunitas Keluarga Alumni KeSEMaT (KeAMaT), CV KeSEMaT Mangrove Indonesia (KeMANGI), Komunitas KeSEMaT Mangrove Volunteer (KeMANGTEER), Freastmilk, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UNDIP, warga pesisir, LSM, media massa, pemerhati lingkungan dan lain-lain. 

Semnas MR 2021 menghasilkan beberapa kesimpulan yang menarik, diantaranya adalah tol tanggul laut tidak hanya berdampak pada lingkungan, namun juga budaya masyarakat. Selain itu, analisis dampak lingkungan telah dilakukan oleh pemerintah untuk meminimalisir kerusakan lingkungan yang terjadi, sehingga pembangunannya setidaknya sudah dilakukan dengan matang.

Serunya FGD
Setelah istirahat, para peserta kembali ke ruang pelatihan untuk melakukan FGD. Adapun FGD tersebut membahas topik yang telah disampaikan pada semnas sebelumnya.

“Kami membagi peserta dalam beberapa kelompok, untuk kemudian berdiskusi dan saling memberikan pandangannya tentang analisis Strength, Weakness, Opportunities dan Threats (SWOT) dan inovasi-inovasi dari permasalahan tersebut,” ujar Sdri. Annisa Aulia (staf MENKOMSI), selaku fasilitator FGD. 

Saat sesi FGD, para peserta terlihat sangat aktif, mereka diberikan waktu selama 30 menit untuk mendapatkan solusi terbaik atas permasalahan yang terjadi selama pembangunan tol tanggul laut.

“Inovasi yang kelompok kami diskusikan, yaitu membuat sistem buka tutup jalan air, agar air yang masuk dan keluar di area tersebut menjadi lancar, dan juga membuat tempat relokasi lahan magrove yang berada di sekitarnya,” jelas Bpk. Mukmin, salah satu peserta dari BTNKJ.

Setelah saling memaparkan solusi dari masing-masing kelompok, peserta juga diberikan waktu untuk saling menanggapi.

“Hasil dari FGD kali ini, akan panitia catat dan simpan sebagai arsip. Mengingat kami tergabung di jaringan mangrove lokal, nasional bahkan internasional, nantinya, arsip tersebut akan kami teruskan kepada pihak terkait, sebagai bahan rekomendasi bagi pengelolaan mangrove di kawasan yang terdampak pembangunan tol tanggul laut,” kata Sdri. Annisa.

Pelatihan Pemetaan Mangrove (P2M) dan Drone
Pelatihan yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini, berisi penyampaian materi mengenai pemetaan menggunakan drone, berikut software yang diperlukan. Setelah penyampaian materi, peserta langsung diajarkan mengenai tahapan pengolahan foto udara dengan software Agisoft Photoscan. Selanjutnya, data yang telah diperoleh dimasukkan ke dalam software QGIS untuk diolah menjadi peta persebaran mangrove.

Setelah praktik pengolahan foto udara, para peserta diajak ke luar untuk praktik penerbangan drone yang dipimpin langsung oleh pamateri, yaitu Sdr. Bagus Rahmatullah Dwi Angga (Mangrove Map - Semarang).

“Dalam menerbangkan drone, perlu memperhatikan peraturan yang berlaku, salah satunya aturan ketinggian. Drone yang diterbangkan di wilayah uncontrolled space, tidak boleh lebih tinggi dari 150 m atau perlu izin dari Dinas Perhubungan setempat, jika tetap ingin menerbangkan drone di wilayah tersebut,” jelas Sdr. Bagus, menjawab pertanyaan peserta.

“Para peserta terlihat sangat antusias dengan pelatihan ini. Mereka juga mencoba menerbangkan drone dengan bimbingan langsung dari Sdr. Bagus,” ujar Sdr. Fadzil.

Pelatihan Mangrove Health Index (PMHI)
PMHI diselenggarakan pada tanggal 24 April 2021 di malam hari, selepas salat tarawih bersama, yaitu pukul 20.00 WIB. Pelatihan dipandu secara langsung oleh Dr. Edy Trihatmoko (Universitas Negeri Semarang - Semarang).

Mangrove Health Index atau disingkat MHI merupakan angka yang dapat menggambarkan kualitas ekosistem hutan mangrove, yang dapat dibandingkan antara lokasi atau waktu yang berbeda," jelas Dr. Eddy. "MHI memiliki beberapa tujuan dalam upaya konservasi hutan mangrove, diantaranya kegiatan untuk pemantauan potensi rehabilitasi, kuantitas dan pertumbuhan mangrove,” jelasnya lebih lanjut.

Pada pelatihan tersebut, peserta juga diajarkan menggunakan aplikasi khusus dalam penentuan MHI, yaitu MonMang. Aplikasi ini dapat mempermudah para surveyor mangrove didalam melakukan pemantauan mangrove, karena penggunaan aplikasinya yang cukup mudah dan relatif membutuhkan waktu yang singkat. MonMang juga dibagikan secara gratis kepada para peserta agar dapat digunakan ketika sedang melakukan kegiatan konservasi mangrove.

“Saya baru tahu, ternyata kegiatan pemantauan mangrove bisa dilakukan semudah ini, tanpa harus mengeluarkan dana dan tenaga yang ekstra. Cukup menggunakan aplikasi, kegiatan pemantauan mangrove dapat terlaksana dengan baik. Selepas MR 2021, akan saya coba terapkan di daerah saya,” ujar Sdr. Fajar, selaku perwakilan dari KeMANGTEER Jakarta.

Pelatihan ditutup dengan penyerahan plakat dan kenang-kenangan kepada pemateri serta foto bersama peserta.

Buka Puasa dan Salat Tarawih Bersama (BPSTB)
MR 2021 diadakan bertepatan dengan bulan Ramadan. Hal tersebut membuat adanya BPSTB pada saat malam hari. Para peserta berbuka puasa bersama sehingga menambah keakraban. 

“Saya senang sekali, Ramadan kali ini, saya bisa berbuka puasa bersama teman-teman KeSEMaT dan peserta lain, yang berasal dari berbagai latar belakang dan daerah di Indonesia,” ujar Sdri. Raihan, salah satu peserta MR 2021.

Setelah berbuka puasa, para peserta dipersilakan kembali ke kamar masing-masing untuk persiapan salat tarawih bersama.

“Setelah BPSTB, para peserta dan panitia terlihat lebih akrab. Banyak pengalaman yang dibagi, baik dari peserta maupun panitia. Ilmu-ilmu mangrove kami juga bertambah, setelah mendengar penuturan dari peserta MR 2021,” ujar Presiden.

Suksesnya Penanaman 1.000 Bibit Mangrove
MR 2021 memiliki puncak acara, yaitu Penanaman 1.000 Bibit mMangrove di sekitar pesisir SMC Jateng. Tak hanya penanaman, kegiatan juga dilanjutkan dengan Penyulaman Bibit Mangrove yang telah ditanam sebelumnya, pada saat Mangrove Restoration (MANGRES) 2020 yang lalu.

Acara berlangsung sangat meriah, yang dihadiri oleh mitra kerja, afiliasi, tamu undangan, sponsor, media partner dan warga setempat. Beberapa perwakilan yang turut melakukan penanaman mangrove secara seremonial, diantaranya adalah CDK Jawa Tengah Wilayah III, PT. Pelindo III, Freastmilk, IKAMaT, KeMANGTEER, KeAMaT dan CV KeMANGI.

Sebelum melakukan penanaman, peserta diberikan pengenalan mangrove terlebih dahulu oleh Bpk. Anwar, selaku salah satu penggiat mangrove di SMC Jateng. Beliau menyampaikan bahwa kegiatan konservasi mangrove di SMC Jateng, saat ini sangat dibutuhkan untuk pengembalian fungsi pesisirnya.

“Pesisir yang terkena abrasi terus menerus, tidak akan menimbulkan manfaat bagi warga dan masyarakat sekitar, sehingga sebagai penghalang abrasi diperlukan adanya banyak pohon mangrove,” ujar Bpk. Anwar.

Setelah kegiatan tersebut, peserta dan tamu undangan langsung menuju lokasi penanaman. Sesampainya di tempat penanaman, para peserta langsung menanam bibit mangrove jenis Rhizophora secara bersama. Satu peserta, kurang lebih menanam 20 bibit mangrove.

"Para peserta terlihat sangat antusias dan bahagia saat menanam mangrove. Bibit mangrove yang belum tertanam oleh peserta, selanjutnya akan ditanam oleh warga sekitar," jelas Presiden. "Peserta dan tamu undangan yang telah selesai menanam mangrove, kemudian melakukan bersih diri. Setelah itu, kami ajak ke pusat oleh-oleh di Semarang," jelasnya lebih lanjut. 

Belanja ke Pusat Oleh-Oleh
Keseruan MR 2021 tidak hanya berhenti pada penanaman saja, namun terus berlanjut hingga belanja oleh-oleh di Kampoeng Semarang, Gayamsari, Semarang.


“Kampoeng Semarang ini cukup lengkap, dan dapat merepresentasikan keseluruhan kuliner di Kota Semarang. Tidak sia-sia saya mengikuti MR tahun ini,” ujar Sdr. Fajar. “Tempatnya juga asyik, ramai dan menarik. Saya suka. Saya juga membeli oleh-oleh lunpia Semarang untuk keluarga di rumah,” tambahnya.

Pembagian Sertifikat
Setelah puas berbelanja di pusat oleh-oleh, panitia mengajak peserta kembali ke BALATKOP UKM Jateng untuk penutupan acara. Panitia menayangkan Video After Movie MR 2021, menyerahkan Sertifikat MR 2021 dan juga Batik Mangrove Mas Bamat sebagai kenang-kenangan. Para peserta juga saling menyampaikan pesan dan kesannya, masing-masing.

“Saya berharap, tali silaturahmi kita tidak berakhir sampai di sini. Terima kasih kepada KeSEMaT yang sudah mempertemukan kami, dan kami ucapkan terima kasih juga untuk KeSEMaT atas pemberian ilmu mangrove dan banyak suvenir mangrove di MR 2021,” ujar Bpk. Mukmin.

Tak lupa, Sdr. Fadzil juga menyampaikan rasa terima kasihnya mewakili KeSEMaT, kepada para peserta MR 2021. Keseluruhan acara MR 2021 berjalan meriah, sukses dan lancar yang diakhiri dengan penutupan dan foto bersama.

"Harapan kami, semoga kita dapat terus menjalin kerja sama demi menjaga mangrove kita," harap Sdr. Fadzil. "Hati-hati di jalan, dan sampai jumpa di MR 2022,” pungkasnya. (ADM/FAN/AP).

No comments:

Post a Comment