Dalam kesempatan kali ini, KeSEMaT diwakili oleh Sdr. Paspha Ghaishidra Muhammad Putra (Presiden) yang membagikan pengetahuan dan pengalamannya dalam memberdayakan masyarakat pesisir bersama KeSEMaT. Narasumber lainnya, yaitu Prof. Dr. Tjut Sugandawaty Djohan, M.Sc (Akademisi Universitas Gadjah Mada) dan Bpk. Warsa Suwito (Penggiat Mangrove Wanatirta).
Materi pertama disampaikan oleh Prof. Tjut mengenai tantangan dan harapan dari Konservasi Hutan Bakau yang menjelaskan bahwa terdapat perubahan konsep dari konservasi setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Rio de Janeiro, Brazil, yang semula dikonservasi adalah spesies menjadi habitat, dimana spesies tersebut hidup.
"Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa tahun 2021-2030 sebagai dekade Restorasi Ekosistem. Tujuan utamanya adalah agar seluruh dunia dapat mencegah, menghentikan dan mengembalikan degradasi ekosistem sehingga dapat mengembalikan fungsinya seperti semula," tutur Prof. Tjut. "Sebelumnya, Indonesia juga mendapatkan dana dengan skema Results-Based Payments (RBP) dari Norwegia sebesar 56 juta USD atau sebesar Rp 800 miliar untuk penurunan CO2 sebesar 11,2 juta ton pada 2016-2017," tambahnya.
Prof. Tjut menjelaskan bahwa hutan mangrove yang dijaga dengan baik, akan dapat menjadi tempat simpanan karbon dan digunakan dalam pasar carbon trade dimasa yang akan datang.
Selanjutnya, materi disampaikan oleh Bpk. Warsa yang menjelaskan bahwa hutan mangrove di Wanatirta, Kulon Progo hadir untuk mengangkat nilai-nilai kearifan lokal warga pesisirnya. Hal ini dilakukan agar warga dapat memanfaatkan sumber daya yang terdapat di daerah tersebut, sehingga selaras dengan upaya konservasinya. Dengan demikian, maka mereka akan dapat memanfaatkannya secara berkelanjutan.
Materi terakhir disampaikan oleh Sdr. Paspha yang menyampaikan perjuangan KeSEMaT dalam mewujudkan kelima motonya, yaitu pendidikan, penelitian, konservasi, kampanye dan dokumentasi mangrove bagi masyarakat luas.
Aksi penyelamatan hutan mangrove di Indonesia tersebut dilakukan dengan cara digital dan konvensional, dengan cara pembuatan industri mangrove kreatif, brand kampanye mangrove dan penciptaan aktor penyelamat mangrove di pesisir Indonesia.
"Berbagai cara kami tempuh untuk memperkenalkan mangrove kepada seluruh lapisan masyarakat, melalui media dongeng, seminar nasional, majalah, relawan, musik dan media lainnya," kata Sdr. Paspha.
Presiden juga menjelaskan bahwa KeSEMaT mendirikan relawan mangrovenya sendiri yang bernama KeSEMaT Mangrove Volunteer (KeMANGTEER), yang merupakan wadah bagi relawan mangrove di Indonesia. Saat ini, KeMANGTEER sudah tersebar di 13 regional di seluruh Indonesia, diantaranya di Serang, Yogyakarta, Jakarta, Luwuk, Medan dan kota lainnya.
"Kami berharap, semoga kami bisa menularkan semangat konservasi mangrove dengan banyak cara dan inovasi kepada masyarakat, sehingga mereka dapat lebih mengenal ekosistem mangrove dan mulai tertarik untuk ikut menjaganya," tutur Presiden.
Acara diakhiri oleh tanya jawab dan closing statement dari masing-masing narasumber. Acara yang dimulai pada pukul 10.00 - 12.00 WIB ini dihadiri dari berbagai kalangan, seperti akademisi, mahasiswa dan pegiat mangrove Indonesia. (ADM/PGMP).
No comments:
Post a Comment