Sdr. Ghifar menjelaskan bahwa komunitas mangrove memiliki kecenderungan untuk membentuk sebuah formasi berdasarkan habitatnya, yang selanjutnya disebut zonasi. Sementara itu, teknik identifikasi jenis mangrove dapat dilakukan dengan cara mengamati ciri morfologinya, di antaranya akar, bunga, buah, dan daun.
Selanjutnya, Sdr. Ghifar juga membagikan beberapa pengalamannya dalam melakukan identifikasi jenis mangrove di berbagai lokasi di luar Jawa, seperti di Kalimantan dan Papua.
“Kondisinya sangat berbeda dengan yang sering kita temui di pesisir Pantai Utara Jawa. Di sana, keanekaragaman jenis mangrovenya lebih tinggi dan ukuran pohonnya bisa 3-4 kali lebih besar,” ungkap Sdr. Ghifar. “Oleh karenanya, selain perlu memahami karakteristik dari setiap jenis mangrove, kita juga perlu tahu mengenai teknis-teknis identifikasi pada kondisi ekosistem yang berbeda,” tambahnya.
Pada kegiatan KTD kali ini, pembicara juga menyampaikan tips dan trik identifikasi mangrove sebagaimana yang biasa dilakukannya di lapangan.
“Pengetahuan terkait karakteristik setiap jenis mangrove merupakan hal yang paling mendasar yang harus dikuasai saat melakukan identifikasi mangrove,” jelas Sdr. Ghifar. “Selain itu, jam terbang atau pengalaman di lapangan secara otomatis akan dapat membuat proses identifikasi menjadi semakin cepat dan mudah,” jelasnya lebih lanjut.
Sdr. Ghifar juga menambahkan bahwa KeSEMaT memberikan kesempatan yang luas kepada para anggotanya untuk mengikuti proyek penelitian mangrove skala nasional dan internasional sehingga keahlian identifikasi mangrove dari para anggotanya dapat semakin meningkat.
Kegiatan yang dimulai pada pukul 18.30-19.30 WIB ini berlangsung dengan baik dan lancar yang ditutup dengan pembacaan kesimpulan dan foto bersama. (AHW/ADM).
No comments:
Post a Comment