Semarang – KeSEMaTBLOG. Tahun ini, kembali KeSEMaT melakukan road show pengajaran mangrove ke SMK dan SMA se-Semarang. Lihatlah foto di samping ini, bersama dengan Yayasan BINTARI, dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemerintah Kota (PEMKOT) Semarang, KeSEMaT melaksanakan program sosialisasi Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL) tahun 2009, yang diinisiasi oleh DKP PEMKOT Semarang. Dalam GBPL kali ini, KeSEMaT mendapatkan bagian untuk memberikan pengajaran mangrove yang terbalut dalam tema besar bertajuk “Mitigasi Dampak Global Warming dan Cara Mengatasinya,” kepada para siswa SMK dan SMA pesisir di Semarang.
Untuk mempersiapkan GBPL 2009, KeSEMaT telah membentuk tim pengajar mangrove yang terdiri dari para KeSEMaTERS terpilih yang menempati jabatan sebagai Mangrove Campaigner (MC) di KeSEMaT. Para personel MC, salah satunya diambil dari salah satu departemen yang ada di KeSEMaT, yaitu Departemen Pendidikan dan Penelitian (DEPDIKTAN).
Jauh hari, sebelum GBPL 2009 mulai dikumandangkan di bulan Mei 2009, sebuah presentasi dan buku pengajaran mangrove yang berjudul MARI BELAJAR MANGROVE yang isinya telah disesuaikan bagi siswa/siswi SMK dan SMA, telah dibuat oleh KeSEMaT dengan tujuan untuk lebih memudahkan penyerapan “mata pelajaran” mangrove yang diajarkan oleh KeSEMaTERS kepada para siswa didik di keempat SMK dan SMA se-Semarang.
Selanjutnya, karena pengajaran mangrove dimulai pada pukul 08.30 WIB, maka para KeSEMaTERS sudah harus berangkat dari Kantor KeSEMaT, sejam sebelumnya. Lokasi SMA dan SMK yang lumayan jauh di wilayah pesisir, telah memaksa KeSEMaTERS untuk bertindak demikian.
Berbagai pernak-pernik mangrove seperti herbarium mangrove (baca: awetan daun, buah dan bunga berbagai spesies mangrove) yang berguna untuk mengenalkan berbagai jenis mangrove kepada siswa SMK dan SMA, juga dibawa. Dua buah ajir bambu, plastik polybag, bibit mangrove Rhizophora lengkap dengan polybag berikut tanahnya, dan tali rafia, tak lupa dibawa pula, untuk melakukan simulasi teknik penanaman mangrove yang baik dan benar sewaktu di lapangan. Simulasi penanaman mangrove ini, dilakukan setelah presentasi dan tanya jawab selesai dilakukan oleh KeSEMaTERS.
Sampai dengan artikel ini ditulis, dua buah SMK dan SMA dari total empat buah SMK dan SMA telah diberikan pengajaran mangrove oleh para KeSEMaTERS. Rata-rata siswa/siswi di SMK dan SMA tersebut, sangat antusias mendengarkan penjelasan dari KeSEMaTERS yang menyosialisasikan fungsi mangrove dalam mencegah dan meminimalisir dampak perubahan iklim dan pemanasan global. Bahkan, beberapa dari mereka telah merencanakan untuk mengikuti program-program mangrove KeSEMaT terdekat, yaitu Mangrove REpLaNT (MR) 2009 yang akan dilaksanakan di bulan Juli 2009, ini.
Pelajaran tentang mangrove, memang laksana guyuran air segar yang menghilangkan dahaga mereka. Apa pasal? Karena dari beberapa kali pertemuan dengan para siswa/siswi di SMK dan SMA, pada saat kami mengajukan pertanyaan, apakah mangrove diajarkan di sekolah, jawaban mereka seolah serempak, yaitu TIDAK. Padahal, mereka sangat kehausan dan menginginkan pengetahuan mangrove lebih banyak lagi, dari KeSEMaTERS. Belum adanya kesadaran dari stakeholder terkait di negeri ini tentang pentingnya kurikulum mangrove bagi SMK dan SMA, adalah “biang keroknya.”
“Mas KeSEMaT, sekarang aku tahu, kalau mangrove itu bisa mencegah abrasi pantai. Lalu, kalau mangrove itu ditebang maka rumah dan sekolahku bisa terkena rob seperti ini. Kalau ada rob masuk kelas, belajar jadi tidak nyaman,” itulah curahan hati dari salah satu siswa yang ruang kelasnya seringkali termasuki oleh rob, kepada KeSEMaTERS. Semarang, tingkat rob-nya memang sangat mengkhawatirkan. Pada saat kami melakukan pengajaran ke SMK, di hari kedua, kami mendapati bahwa halaman depan SMK itu, terdapat genangan air yang sangat mengganggu pemandangan mata. Itu bukan selokan yang terhambat oleh sampah, tapi itu adalah genangan air karena rob!
Setelah dua kali melakukan pengajaran mangrove pada GBPL 2009 ke SMK dan SMA di Semarang ini, KeSEMaT sedikit bisa tersenyum, karena setidaknya beberapa orang anak didik KeSEMaT telah mengetahui betapa pentingnya fungsi mangrove bagi kehidupan manusia. Pemahaman salah seorang siswa didik KeSEMaT tentang mangrove sebagai “alat” untuk mencegah abrasi dan memiliki andil dalam mengatsi rob seperti di atas, bisa dijadikan pedoman bahwa para pelajar SMK dan SMA di daerah pesisir Semarang, sekarang ini telah memiliki pengetahuan mangrove yang cukup baik. Amin.
Sebagai penutup, kalau saja anak SMK dan SMA telah memahami dengan baik tentang fungsi mangrove bagi kehidupan kita, lalu bagaimana dengan Anda? Apakah Anda juga memiliki pemahaman yang sama dengan mereka? Semoga, ya. Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment