Jepara - KeSEMaTBLOG. Seminar Nasional (SEMNAS) MANGROVE REpLaNT (MR) 2010 yang kali ini mengangkat tema Mangrove for Livelihood adalah seminar nasional mangrove yang megah dan istimewa bagi para peserta MR 2010, karena dihadiri langsung oleh para pejabat negara, diantaranya adalah Bapak Syahrial Loetan (Asisten Utama Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), Ibu Indri Astuti (Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan) dan Ibu Khusnul Khotimah (Kementerian Kelautan dan Perikanan).
Masing-masing pembicara, berturut-turut telah memberikan materinya, yaitu (1) Strategi dan Kebijakan Pengembangan dan Pelestarian Ekosistem Mangrove Indonesia, (2) Teknik Pengelolaan Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Pusat Wisata Ekologi untuk Pengelolaan dan Pelestarian Mangrove di Indonesia dan (3) Kiprah dan Peranan Program Mitra Bahari (PMB) dalam Pengelolaan dan Pelestarian Kawasan Ekosistem Hutan Mangrove sebagai Sumber Mata Pencaharian.
Sebelum SEMNAS MR 2010 dilaksanakan dan dibuka secara langsung oleh Ibu Sri Padmowati (Staf Ahli Bupati Jepara) yang mewakili Bupati Hendro Martojo, maka telah dilakukan penerimaan tamu kenegaraan di Kantor Pemerintahan Kabupaten Jepara, yang dipimpin langsung oleh Bupati Jepara Hendro Martojo. Dalam kesempatan ini, KeSEMaT yang diwakili oleh Sdr. Oky Yuripa Pradana (Presiden) dan Bapak Arief Marsudi Harjo (Executive Director) telah memberikan informasi dan keterangan mengenai KeSEMaT dan teknis pelaksanaan MR 2010 kepada para pejabat negara dan SKPD terkait. Penerimaannya sendiri, dilakukan di Rumah Dinas Bupati Jepara.
Dalam sesi tanya jawabnya, SEMNAS MR 2010 yang dipandu oleh Sdr. Afirman Karyono (MENDIKTAN) ini, mengemuka beberapa pertanyaan yaitu tentang orientasi pembangunan dan tata kota di Indonesia yang sepertinya lebih mengarah ke darat, padahal Indonesia merupakan negara kepulauan yang seharusnya memiliki tata kota yang sebaiknya berorientasi ke laut. Selanjutnya, pertanyaan lain yang tidak kalah menarik adalah mengenai izin untuk mengkonversi hutan lindung dan atau daerah konservasi lainnya menjadi kawasan pertambangan yang seolah-olah sangat longgar tanpa hukuman dan sanksi yang kuat. Selain itu, sebuah keraguan akan kesuksesan dari program PMB yang diusung oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan-pun, turut menjadi pertanyaan. SEMNAS MR 2010 yang dimulai pada pukul 09.00 WIB – 12.00 WIB ini, ditutup dengan penyerahan plakat, doa dan foto bersama.
No comments:
Post a Comment