Bogor – KeSEMaTBLOG. Setelah tahun lalu menjadi pembicara di Forum Mangrove ASEAN di Surabaya, kali ini KeSEMaT kembali diundang menjadi pembicara dalam Acara "Restoring Coastal Livelihoods : “Increasing the Resilience of Mangrove-Aquaculture-Socio-Economic-Ecological System in Southeast Asia”. Acara tersebut diselenggarakan pada tanggal 17 – 20 Februari 2014, oleh Mangrove Action Project (MAP), CIFOR, Oxfam dan beberapa instansi lainnya, bertempat di Kampus CIFOR, Bogor, Indonesia.
Sebagai perwakilan dari KeSEMaT, Sdri. Vera Chandra Puspitasari (IKAMaT) yang juga merupakan Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro 2013 ini, menjadi pembicara termuda di konferensi tersebut.
Dia mempresentasikan hasil pengamatan kualitatif monitoring sedimentasi dan maintenance Hybrid Engineering (HE) yang berlokasi di Timbul Sloko, Demak, Jawa Tengah.
Mantan MENPUSMAT KeSEMaT ini menceritakan bahwa Permeable Structure HE yang dibangun di Timbul Sloko merupakan konsep inovatif yang bekerja sama dengan alam untuk mengembalikan sedimen yang hilang.
Konsep bangunan yang berhasil diterapkan di Belanda ini, diimplikasikan pertama kali di Asia, dalam rangka Mangrove Capital Project yang dilaksanakan oleh Wetlands International, Deltares, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan KeSEMaT, bertempat di TimbulSloko, Demak.
Bangunan yang mengadopsi fungsi perakaran mangrove ini, diteliti perkembangan sedimentasi dan pertumbuhan mangrovenya secara intensif oleh Tim HE KeSEMaT, setiap periode tertentu.
Dalam jangka waktu tiga bulan terakhir, Sdr Vera yang dipercaya menjadi Koordinator Tim Monitoring HE menunjukkan bahwa sedimen mampu terjebak dan mangrove dapat tumbuh di lokasi HE.
Presentasi yang dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2014 bertempat di Makaham Room, Kampus CIFOR ini, mendapatkan apresiasi positif dari berbagai kalangan, baik akademisi, pengusaha, pemerintah daerah maupun masyarakat.
Bahkan, salah satu pembicara dalam forum yang sama, tertarik bekerja sama dengan KeSEMaT untuk mengimplimentasikan metode tersebut dalam rangka mengatasi permasalahan abrasi di wilayah Papua.
Semoga saja, metode HE tersebut dapat berguna untuk masyarakat Indonesia, terutama di lokasi yang terkena abrasi. Amin. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment