Presiden mengawali penjelasannya dengan memaparkan sejarah berdirinya KeSEMaT. Dia menceritakan bahwa awal mula berdirinya KeSEMaT adalah karena munculnya rasa keprihatinan dari sekelompok mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan pada tahun 2001, yang menyaksikan kawasan Teluk Awur, Jepara rusak terkikis oleh abrasi.
Kekhawatiran tersebut mendorong berdirinya organisasi KeSEMaT yang berfokus pada bidang koservasi, penelitian, pendidikan, kampanye dan dokumentasi mangrove.
Dalam kurun waktu 20 tahun, KeSEMaT berfokus pada rehabilitasi mangrove di dua lokasi, yaitu Teluk Awur, Jepara dan Mangunharjo, Semarang. Tak kurang, lebih dari 700 ribu bibit mangrove sudah ditanam di kedua area sehingga berhasil mengatasi laju abrasi.
“Kami melibatkan warga pesisir untuk mengelola kawasan mangrovenya, agar dapat memberikan keuntungan dari segi ekonomi tanpa melupakan sisi konservasinya,” jelas Presiden.
Sdr. Ghifar juga menjelaskan bahwa usaha KeSEMaT dalam mengkonservasi mangrove tak selalu berjalan mulus, melainkan juga terhalang oleh beberapa tantangan, salah satunya adalah alih fungsi lahan yang datang dari pemodal besar.
Namun, tantangan ini tidak menyurutkan niat KeSEMaT untuk terus melestarikan mangrove di kawasan pesisir Indonesia.
Berkat kegigihannya, KeSEMaT banyak mendapatkan penghargaan dari dalam dan luar negeri. Tiga diantaranya adalah organisasi pemuda terbaik di Indonesia dan ASEAN serta KALPATARU.
"Bagi kami, penghargaan dari dalam dan luar negeri adalah bonus dari kerja keras kami memangrovekan Indonesia dan dunia," kata Presiden. "Kami tetap fokus menciptakan banyak karya untuk mangrove, sembari terus menjaga nilai, konsistensi dan persistensinya," jelasnya lebih lanjut.
IDN Times menyebut KeSEMaT sebagai Pejuang Lingkungan karena berhasil meredam abrasi di kawasan pesisir Pantura Jawa dengan upaya pelestarian mangrovenya. (FGA/AP/ADM).
No comments:
Post a Comment