30.8.10

Kisah Miss Universe, Putra - Putri Mangrove dan Orang Mangrove!

Semarang – KeSEMaTBLOG. Agak merisaukan juga, mengikuti perkembangan berita Puteri Indonesia 2010, yang selepas kembali ke tanah air, menjadi obyek kritikan banyak pihak, seputar kemampuan berbahasa Inggrisnya yang kurang memadai, di ajang pemilihan Miss Universe 2010. Bahkan, melalui sebuah situs di internet, jawaban Qory Sandioriva, yang ditampilkan kembali, nyata memperlihatkan bahwa penguasaan bahasa Inggris gadis Aceh ini, memang belum optimal. Untuk itulah, ada beberapa pihak yang mengusulkan agar Putri Indonesia mendatang, sebaiknya mempergunakan Bahasa Indonesia saja, didalam menjawab setiap pertanyaan juri yang ada di sana. Tidak ingin terlalu jauh mengomentari kegagalan Puteri Indonesia di ajang Miss Universe 2010, maksud kami menampilkan “fenomena” Miss-miss-an ini sebenarnya adalah agar bisa diambil sisi baiknya, dimana sejatinya ajang pemilihan Miss-miss-an seperti ini, ternyata masih sangat diminati dan menyedot perhatian banyak orang di dunia.

Untuk itulah sebuah kampanye mangrove dengan konsep seperti ini, kiranya juga perlu untuk mulai dipikirkan dan dilaksanakan dengan tujuan untuk lebih memperluas jaringan informasi mangrove ke warga dunia. Tidak ingin terlalu jauh sampai skala internasional layaknya Miss Universe, inisiatif penyelenggaraan konsep ini secara lokal, seperti ajang Pemilihan Putra dan Putri Mangrove di Indonesia, baik sekali apabila mulai diadakan di tahun 2010 ini, untuk memberikan kesempatan kepada para generasi muda bangsa Indonesia didalam menyalurkan bakatnya di bidang modelling yang bernuansa mangrove, sekaligus berkampanye demi penyelamatan ekosistem mangrovenya.

Selanjutnya, hal kedua yang bisa diambil dari fenomena kegagalan Puteri Indonesia di ajang Miss Universe ini adalah, adanya sebuah ketidakpercayaan diri dalam mempergunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang mengakibatkan pada tidak tersampaikannya buah pemikiran sang Puteri yang faktanya memiliki ide cemerlang, ini. Maka, tak salah kiranya, apabila banyak pihak yang (sekali lagi) menginginkan agar Putri Indonesia mendatang, sebaiknya mempergunakan Bahasa Indonesia saja, didalam menjawab setiap pertanyaan juri yang ada di sana. Dari kejadian ini, sebenarnya ada satu hikmah penting yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua, bahwa budaya dan konsep Indonesia, sejatinya sangat bisa untuk dikembangkan dan bahkan diadopsi menjadi budaya dunia dengan catatan kita mau berjuang untuk mengembangkannya.

Salah satu contoh dari hal ini tentu saja adalah konsep-konsep konservasi, penelitian, pendidikan, kampanye dan dokumentasi mangrove kami yang nyata berasal dari inisiatif kami sendiri, yang pada akhirnya bisa diterima oleh banyak organisasi dalam dan luar negeri bahkan beberapa diantaranya diadopsi dan dipraktekkan sebagai konsep kampanye mereka. Hal ini membuktikan bahwa sebagai anak bangsa Indonesia, sejatnya kita juga tidak kalah hebatnya dengan negara lain dalam menciptakan trend dan inovasi baru, apabila kita memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan konsep-konsep kita kepada warga global. Lihatlah foto di atas ini, ini adalah icon mangrove kami yang masih sangat sederhana, dan kami menyebutnya sebagai Orang Mangrove dan bukannya Mangroveman. Hal ini kami sengaja, karena dengan menyebutnya menggunakan Bahasa Indonesia, apabila dikemudian hari Orang Mangrove bisa memiliki komik, novel bahkan film sendiri, bisa jadi inisiasi pembuatannya akan disadur oleh dunia sebagai Mangroveman yang asalnya dari Indonesia. Tentunya, bila hal ini benar terjadi, adalah merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Semangat MANGROVER!

No comments:

Post a Comment