Semarang - KeSEMaTBLOG. Di Demak, tepatnya di sebuah desa bernama Surodadi, ada sebuah pemandangan yang sangat menarik. Mangrove-mangrove di sini, yang ditanam di sepanjang pinggir pematang tambak bandeng, nampak sangat menakjubkan. Kata menakjubkan sengaja kami pilih untuk mendeskripsikan adanya jajaran pepohonan mangrove yang sangat rapi dan indah.
Lihatlah foto di atas ini, mangrove kategori sapling atau pohon muda, memiliki tinggi dan jarak tanam yang hampir sama. Tak seperti tambak di Rembang yang mangrovenya hanya ditanam di pantai sebagai sabuk hijau, di Surodadi, mangrovenya memang sengaja ditanam di pinggir-pingir pematang sebagai pertanda bahwa kelompok tani setempat menerapkan sistem silvofishery.
Para KeSEMaTERS, pada beberapa hari yang lalu (23-24/05/09), sempat berkunjung ke sana. Kunjungan mereka ini, dalam rangka pelatihan mangrove bagi anggota baru KeSEMaT, bertajuk Mangrove Training (MT) 2009: Pelatihan Penelitian Ekosistem Mangrove dan Bahan Makanan Berbahan Dasar Buah Mangrove. Di sela-sela kesibukan mereka dalam mempersiapkan dan mengikuti pelatihan MT 2009 ini, di saat mereka menyusuri pematang tambak di sana, mereka sangat senang karena menemukan sebuah lokasi pertambakan yang telah menerapkan sistem silvofishery dengan baik dan benar.
Sebenarnya, tak hanya di Surodadi saja, sistem pertambakan model ini diterapkan. Di Rembang-pun, sebenarnya juga menerapkan sistem ini, walaupun mangrove-mangrovenya tidak ditanam di pinggir pematang tambak. Mengingat konsep silvofishery sangatlah beragam, maka setiap tegakan mangrove yang ditanam di sekitar area pertambakan dan bukan hanya di pinggiran pematangnya saja, bisa dikatakan menganut konsep serupa.
Konsep silvofishery yang diterapkan di Surodadi, dicobakan pula di Pemalang, Jawa Tengah. Desa Pesantren, yang merupakan desa “didikan” salah satu mitra kerja KeSEMaT, yaitu Wetlands International Indonesia Programme ini, berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakatnya karena produksi tambak ikan dan kepiting di sana begitu melimpah, sebagai akibat dari peranan mangrove dalam menyediakan tempat berpijah, beranak pinak, mencari makan dan membesarkan anak-anak ikan dan kepiting.
Kembali ke Surodadi, rapinya jajaran tegakan mangrove di sana, sempat membuat para KeSEMaTERS bertanya-tanya. Untunglah, pada sebuah kesempatan, yaitu di saat sarasehan malam hari dengan Kelompok Tani Tambak Subur Makmur (KTTSM), mereka berkesempatan untuk menanyakan secara langsung perihal yang membuat penasaran, tersebut. Adalah Bapak Nurudin, sang Ketua KTTSM, yang telah memberikan penjelasan kepada mereka bahwa rapinya tegakan mangrove di Surodadi tak lain dan tak bukan karena memang dibuat begitu alias disengaja.
Lebih lanjut lagi, dia menjelaskan bahwa kelompok taninya menerapkan prinsip tak hanya menanam mangrove saja, tetapi juga harus memperhatikan pula sisi estetika dan keindahannya. Jarak tanam dan prediksi ketinggiannya setelah beberapa tahun tumbuh, benar-benar harus diperhatikan. Maka, tak heranlah apabila kini, mangrove-mangrove di Surodadi tak hanya mampu tumbuh dengan baik, namun juga memiliki pemandangan yang sangat cantik.
Keberhasilan KTTSM dalam mengembangkan daerah tambaknya menjadi indah dan cantik ini, kabarnya menarik perhatian BBC London Inggris, yang berencana akan melakukan peliputan mengenai kondisi mangrove di Surodadi, di bulan Juni 2009, ini. Tak salah memang, apabila BBC yang terkenal sangat selektif dalam memilih lokasi peliputannya, menetapkan pilihannya di Surodadi, karena beberapa tahun yang lalu, pemerintah Indonesia-pun lewat lomba intensifikasi pertambakan tingkat nasionalnya, juga telah menganugerahi KTTSM dengan piagam penghargaan tertinggi, sebagai juara tingkat nasional, di masa pemerintahan Gus Dur.
Selanjutnya, menanggapi informasi para KeSEMaTERS mengenai sistem monokultur yang tidak dianjurkan dan sekarang ini banyak diperangi oleh hampir semua penggerak organisasi mangrove di seluruh dunia, KTTSM menanggapinya dengan bijak, bahwa sebenarnya mereka juga mendukung gerakan ini. Untuk itulah, ke depan mereka akan berusaha dalam membuat variasi jenis, di daerah pertambakannya agar konsep monokultur secara perlahan bisa berubah ke polykultur. Memang, walaupun sangat cantik dan indah, salah satu hal yang mengganggu di Surodadi adalah tak bervariasinya spesies mangrove yang ada di sana. Selain Rhizophora spp dan Avicennia spp, secara umum, sejauh mata memandang, memang tak nampak ditemui spesies lainnya.
Namun demikian, bagaimanapun juga, jajaran tegakan mangrove di Surodadi tetaplah merupakan sebuah pemandangan alam yang sungguh menakjubkan. Andaikan saja, kondisi seperti ini dimiliki oleh semua areal pertambakan di Indonesia dan dunia, maka KeSEMaT pastilah tidak akan bersusah payah dalam mengkampanyekan konsep sertifikasi MANGROVE SAFE (MS)-nya. Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment