Semarang – KeSEMaTBLOG. Salah seorang KeSEMaTER, yaitu Sdr. Cahyadi Adhe Kurniawan (MENPORSI), melalui blog lingkungan pribadinya, telah membuat artikel yang sangat baik mengenai gejala air tawar yang sekarang ini mulai banyak tercemari oleh air asin, sebagai akibat dari intrusi air laut ke daratan. Artikel yang berjudul “Tolong..., Jangan Asinkan Air Kami!” ini, menggambarkan secara jelas, bahwa kegiatan penebangan mangrove, telah mengakibatkan hilangnya zona pelindung dan penyaring air laut, sehingga air asin saat ini bisa dengan bebasnya masuk dan menerjang daratan, mengasinkan air tawar yang banyak tersebar di sumur-sumur warga pesisir, kita. Penasaran dengan artikel lengkapnya, kami persilahkan Anda untuk menyimak paragraf demi paragraf, di bawah ini.
“Tolong..., Jangan Asinkan Air Kami!”
Oleh Cahyadi Adhe Kurniawan
Judul tersebut di atas, mungkin mewakili bisikan hati para masyarakat yang ada di daerah pesisir kita. Bagaimana tidak?, air tanah yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari mereka, kini tak lagi dapat digunakan. Air tanah yang biasanya tawar, sekarang telah berubah menjadi asin atau payau. Memang, pada hampir sebagian wilayah pesisir yang ada di Indonesia, air tanahnya kini sudah tidak tawar lagi alias menjadi payau. Air tawar yang sudah berubah menjadi asin tersebut, adalah akibat dari adanya peristiwa intrusi air laut. Apakah intrusi air laut? Intrusi air laut adalah masuknya atau merembesnya air laut, ke dalam daratan atau tanah, sehingga air yang ada di dalam tanah menjadi asin tercampur air laut.
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya intrusi air laut. Salah satu diantaranya, yaitu penebangan hutan mangrove yang banyak terjadi di pesisir kita. Selain itu, pembukaan lahan mangrove menjadi daerah pertambakan, juga bisa membuat intrusi air laut semakin meningkat. Secara fisik, mangrove sendiri berfungsi sebagai penahan abrasi maupun erosi di pantai yang menyebabkan daratan pantai menjadi berkurang, sehingga memudahkan air laut untuk merembes ke wilayah daratan. Padahal, dengan adanya mangrove di wilayah pesisir, secara tidak langsung, air yang ada di daratan sekitar pesisir, tidak akan menjadi asin lagi, karena air laut tersebut akan ditahan dan diikat oleh akar-akar mangrove.
Fakta di lapangan, seperti di Semarang dan Demak, kini air yang berada di wilayah pesisirnya sudah menjadi asin. Hal ini memperburuk kondisi perekonomian masyarakat yang ada di wilayah tersebut. Masyarakat harus membeli air di Perusahaan Air Minum (PAM) yang menambah beban biaya hidup mereka. Air yang sudah payau, tidak bisa dipakai lagi, karena mengandung kadar garam yang tinggi. Belum lagi, sanitasi yang dimiliki oleh warga, kondisinya sangat memprihatinkan dan terkesan kotor. Wilayah pesisir merupakan daerah tempat bermuaranya limbah-limbah, baik industri maupun rumah tangga sehingga air yang ada di wilayah ini sangat tercemar dan tidak layak pakai.
Sekarang muncul pertanyaan, kalau sudah tercemar dan asin, bisakah menjadi tawar kembali?. Akan sangat sulit mengembalikan air payau menjadi air tawar kembali. Saat ini yang bisa dilakukan hanyalah menjaga agar intrusi air laut tidak menjadi semakin meluas, yaitu dengan cara membangun green belt atau sabuk pantai, berupa mangrove di tepi pantai dan daerah pesisir. Dengan keberadaan sabuk pantai tersebut, maka berarti kita akan menyelamatkan air untuk masa depan yang lebih baik. Ingatlah, air tidak hanya digunakan untuk hari ini saja, melainkan untuk hari-hari berikutnya dan seterusnya, sampai anak cucu kita.
Selanjutnya, dibalik itu semua, maka peran serta masyarakat berikut konsep kearifan lokal yang terdapat di daerahnya masing-masing, juga akan sangat berpengaruh pada kondisi air itu sendiri. Apabila peran serta dari masyarakat dan pemerintah bisa ditingkatkan, maka lingkungan pesisir akan menjadi bersih dan pemukiman yang berada di wilayah pesisirnya secara otomatis juga akan dapat menikmati air bersih kembali. Jika tidak ada rasa kepedulian dari masyarakat dan pemerintah, maka apa lagi yang akan kita wariskan kepada generasi mendatang? Air yang asin?. Tentu saja, kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Kita tentu menginginkan generasi mendatang masih dapat menikmati air bersih dan sehat. Apabila airnya bersih dan sehat, maka masyarakatnyapun akan sehat. Masyarakat yang sehat akan menjadikan negara yang kuat.
Salah satu solusi agar air tawar kita tetap bersih dan sehat, adalah dengan membuat gerakan JANGAN. Fungsinya adalah untuk menjaga agar air tetap bersih dan layak dipakai. Berikut ini, isi dari Gerakan JANGAN:
1. JANGAN boros menggunakan air.
2. JANGAN membuang sampah pada selokan, sungai atau aliran air.
3. JANGAN membuang limbah pada sungai.
4. JANGAN mengotori sumber mata air.
5. JANGAN menebangi pohon, baik yang ada di pesisir maupun di darat.
6. JANGAN mandi memakai bak pemandian, pakailah shower.
7. JANGAN mencuci motor menggunakan selang air, pakailah ember
Mulai sekarang, pergunakanlah air sebijak mungkin. Air bukanlah milik pribadi, namun milik kita bersama. Jagalah air selayaknya kita menjaga diri kita sendiri. Setetes air merupakan suatu bentuk kehidupan. Ingatlah, air untuk masa depan bukan untuk saat ini saja. Semoga saja dengan Gerakan JANGAN ini, maka tidak akan ada lagi yang berkata “Tolong..., Jangan Asinkan Air Kami! Let’s Save Our Water for The Better Future. Semangat MANGROVER!
No comments:
Post a Comment