Semarang - KeSEMaTBLOG. KeSEMaTHURSDAY (KTD) merupakan program mingguan KeSEMaT berupa kegiatan diskusi dan presentasi mengenai pengetahuan mangrove, yang ditujukan khusus untuk para Anggota KeSEMaT. Kegiatan yang merupakan program kerja dari DEPDIKTAN ini, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mangrove KeSEMaTER dengan cara mendatangkan narasumber yang ahli dalam bidang mangrove dengan spesialisasi penelitiannya masing-masing, sehingga materi yang disampaikan terus aktual, memiliki sumber yang jelas dan terukur.
Selama bulan Maret hingga Mei 2019 ini, DEPDIKTAN telah menyelenggarakan KTD selama lima kali, dengan tema yang berbeda. Bagaimana hasilnya? Berikut ini adalah reportasenya.
Carbon Stocks Measurement
Pada tanggal 3 Maret 2019, mulai pukul 10.00 s.d 12.00 WIB, bertempat di Kantor KeSEMaT, Semarang, DEPDIKTAN melangsungkan KTD perdananya di tahun 2019. Kali ini, KTD mengundang dua orang pemateri, yaitu Sdri. Trialaksita S. P. A. (AMaT) dan Sdr. Bayu Budi Hanggara (CIFOR) dengan bahasan seputar “Carbon Stocks Measurement and Rod Surface Elevation Table (RSET) Installation.”
Pada kesempatan ini, pemateri menyampaikan materi Carbon Stocks Measurement dengan menggunakan protokol CIFOR.
“Pada dasarnya, protokol CIFOR ini tidak jauh berbeda dengan protokol sebelumnya yang sudah ada. Yang penting protokol yang digunakan harus ada dasarnya, dan itu terbukti bisa digunakan," jelas Sdri. Sita. "Data karbon didapatkan dengan cara melakukan analisis vegetasi mangrove yang meliputi pengukuran DBH, wood debris, soil dan biomasa serasah. Protokol CIFOR ini dalam satu plot sepanjang 250 m terdiri dari enam sub-plot. Transek yang digelar membentuk empat kuadran dengan garis lingkar imajiner," tambahnya.
Pemateri juga menjelaskan bahwa setiap sub-plot memiliki jari-jari 10 m, dimana pada radius 2 m diambil data semai dan pada radius 7 m diambil data pohon.
RSET Installation
Selanjutnya, materi RSET Installation disampaikan dengan cara memperagakan perakitan RSET beserta cara penggunaannya.
Perangkat RSET ini tersusun atas jeruji besi dan pipa baja anti-karat yang nantinya ditanam secara vertikal ke dalam tanah hingga mencapai lapisan keras. Pengukuran RSET juga dilakukan secara berkala setiap enam bulan, dengan cara mengamati perubahan posisi jeruji dari empat arah mata angin yang diukur dengan mistar/penggaris.
“Pengukuran RSET ini sangat kuno, tapi data yang dihasilkan sangat mahal," kata Sdr. Bayu. "Tingkat ketelitiannya tergantung pada pengukurannya. Untuk mengurangi paralaks, orang yang melakukan pengukuran harus orang yang sama,” jelasnya.
Antusiasme peserta cukup besar. Selain materinya yang menarik, pembicaranya juga berpengalaman. Pada saat sesi diskusi, suasananya juga sangat hidup. Banyak KeSEMaTER yang bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis.
“Ilmu pengetahuan itu kesepakatan. Tidak ada yang pasti. Keterkaitan adanya perbedaan kemampuan mangrove menyerap karbon di setiap jenisnya, bisa diukur dengan formula alometrik yang didapatkan dari pengukuran karbon secara destruktif," terangnya. "Literatur alometrik mangrove yang bisa digunakan adalah Tomiyama et al., 2008 untuk region Asia-pasifik. Untuk tiap-tiap daerah, ketetapan alometriknya berbeda. Hal ini dikarenakan pertumbuhan mangrovenya juga beda, ” terangnya lebih lanjut.
Setelah pemateri selesai menyampaikan materinya dan berdiskusi, Sdr. Sita yang merupakan AMaT memberikan motivasinya kepada KeSEMaTER dan bercerita pengalamannya pada saat menjadi Pengurus KeSEMaT.
“Di KeSEMaT, saya mendapatkan banyak kesempatan untuk berkembang karena bertemu dengan banyak orang. Kesempatan yang ada di depan mata jangan disia-siakan. Kita tidak bisa mengulang waktu yang sudah terlewatkan. Ada yang kita korbankan tapi pasti akan ada yang kita raih,” tuturnya.
Pengenalan Dasar dan Literasi Mangrove
Pada tanggal 14 Maret 2019, mulai pukul 19.00 telah diadakan KTD kedua dengan tema “Pengenalan Dasar dan Literasi Mangrove.” Materi kali ini spesial, karena langsung diampu oleh Bpk. Aris Priyono (DK), yang merupakan salah satu pendiri KeSEMaT.
Pemateri mengawali materinya dengan penjelasan ilmu dasar mangrove. Secara sederhana, kata mangrove memiliki dua-poin pengertian utama, yaitu mangrove secara individu dan mangrove sebagai komunitas.
"Mangrove secara individu merupakan wujud dari satu individu mangrove atau tanaman yang hidup di kawasan intertidal, baik itu daunnya saja, bunganya saja, akarnya saja atau bagian tubuh mangrove lainnya," jelas Bpk. Aris. "Sedangkan secara komunitas, berarti dia bersama ekosistem lainnya sebagai satu kesatuan ekosistem yang tak terpisahkan yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir," jelas Bpk Aris.
Vivipari dan Kriptovivipari
Pemateri juga menjelaskan mengenai dua istilah dasar mangrove yang banyak membingungkan bagi sebagian orang yang baru belajar mangrove, yaitu vivipari dan kriptovivipari.
"Vivipari itu jenis mangrove yang bijinya keluar dari kulit buahnya atau sudah berkecambah saat masih menempel di pohon induknya, seperti pada Rhizophora," kata Sdri. Aurelia Pandini (Staf MENPORSI). "Nah, kalau kriptovivipari itu bijinya tidak ke luar dari kulit buahnya, contohnya pada Avicennia," tambahnya.
Masih banyak istilah-istilah dasar yang juga disampaikan oleh pemateri, seperti perbedaan mangrove mayor, minor dan asosiasi.
"Zonasi mangrove di Pulau Jawa sudah tidak alami, karena banyaknya penebangan dan campur tangan manusia," kata Sdr. Fadzil Eka Jaya Saputra (staf MENKOMSI). "Pada zonasi yang masih alami, mangrove membentuk zonasi mayor yang berada di garis terdepan dari bibir pantai, kemudian disusul oleh minor dan asosiasi di belakangnya menuju ke daratan," katanya lebih lanjut.
KTD kali ini disampaikan dengan konsep interaktif oleh pemateri sehingga dapat mengakomodir peserta untuk dapat mengemukakan pendapatnya mengenai suatu materi. Hal ini menjadikan peserta sangat antusias memperhatikan dan menanggapi materi tersebut.
"Diskusi usai penyampaian materi pun berjalan lancar. Di akhir acara, pemateri memberikan kuis yang merupakan review dari materi yang telah disampaikan sebelumnya, dalam bentuk gulungan kertas yang disebar secara acak," terang Sdr. Raditya R. Ananta (MENPORSI).
Pendalaman Materi Literasi Mangrove
Kembali dengan pembicara sebelumnya, yaitu Bpk. Aris, KeSEMaTER berkesempatan memperdalam ilmunya mengenai mangrove. Pada tanggal 11 Maret 2019, tepatnya hari Kamis pukul 19.00 WIB, pemateri menempelkan sticky note yang bertuliskan istilah-istilah mangrove.
"Istilah tak hanya ditulis oleh Bpk. Aris saja, melainkan juga dibuat oleh KeSEMaTER yang mengikuti KTD," tutur Sdr. Bambang Jati Laksono (MENSETSI). "Istilah mangrove yang ditulis di sticky note sangat beragam, berjumlah kurang lebih 30 buah, antara lain morfometri, ikatan delapan, tegakan murni, propagul, penyiangan dan lain-lain," tambahnya.
Bpk. Aris menjelaskan secara detail semua istilah tersebut kepada para peserta KTD. Peserta nampak antusias mendengarkan penjelasan yang diberikan.
"Materinya lumayan berat, namun demikian kami jadi lebih banyak tahu mangrove," kata Sdri. Baeti Karomatul Hidayah (Staf MENDIKTAN). "Bpk. Aris juga menyampaikannya secara interaktif dengan bahasa sederhana, jadi kami bisa lebih cepat memahami materi yang disampaikan beliau," tambahnya.
Pada pembahasan mengenai tujuan penanaman mangrove, Pendiri KeSEMaT ini menyampaikan informasi bahwa terdapat dua poin utama, yaitu untuk mitigasi bencana dan penghijauan. Dengan tujuan untuk memitigasi bencana, bibit mangrove ditanam dengan jarak tanam yang rapat. Sementara itu, pada penghijauan dapat ditanam lebih renggang.
"Pemaparan materi dengan inovasi sticky note ini ternyata berlangsung sangat menarik dan menyenangkan," tutur Sdri. Sari Poncowati (Staf MENSEK). "Saya tadi maju ke depan menempelkan istilah mangrove yang belum saya ketahui dan mendapatkan penjelasan yang memuaskan di KTD ini. Tentunya senang sekali," tuturnya lebih lanjut.
Identifikasi Jenis Mangrove
Pada KTD keempat, DEPDIKTAN mendatangkan pemateri yang ahli dalam bidang “Identifikasi Jenis Mangrove,” yaitu Sdr. Aditya Sukma Bahari (IKAMaT). KTD dilaksanakan pada hari Senin, 22 April 2019, mulai pukul 19.30 - 22.00 WIB.
Pemateri menyampaikan karakteristik mangrove untuk setiap jenisnya. Mangrovenya juga beragam dari berbagai zonasi, baik mangrove mayor, mangrove minor hingga mangrove asosiasi yang tersebar di seluruh pesisir Indonesia.
Sdr. Aditya menjelaskan perbedaan mangrove yang terdapat di Pulau Jawa dengan Papua. Di Papua, keaslian hutan mangrovenya masih terjaga sehingga pohon mangrovenya tumbuh lebih tinggi dengan diameter batang yang besar.
"Di Papua, hutan mangrovenya masih alami karena belum ada campur tangan manusia sehingga zonasinya juga sesuai," kata Sdr. Adit. "Untuk mengidentifikasi jenis mangrove, jangan terpacu dengan ukuran besar kecilnya karena hal tersebut bisa berubah sesuai dengan kondisi dari ekosistem mangrove itu tumbuh. Jadi, kita lebih memperhatikan karakteristik bunga, akar, buah, batang, substrat dan daunnya," jelasnya lebih lanjut.
Pemateri juga membuat kuis penyebutan nama-nama jenis mangrove sehingga KTD berlangsung menarik dan interaktif.
Herbivori Daun Mangrove
Pada Sabtu, 11 Mei 2019, mulai pukul 15.00 - 17.30 WIB, KTD kembali diselenggarakan di Kantor KeSEMaT. Kali ini, membawakan materi mengenai “Herbivori Daun Mangrove.” Sdri. Eva Widayanti (AMAT) didaulat sebagai pemateri.
Pemateri menyampaikan pengertian herbivori dan langkah-langkah penelitiannya, berikut cara pengolahan datanya. Aplikasi pengolahan data yang digunakan dalam herbivori daun mangrove adalah ImageJ dan Measure in SPSS.
Data yang diolah berasal dari sampel daun yang diambil, dimana daun tersebut merupakan 10% dari total daun yang berada pada pohon mangrove.
“Penelitian herbivori bukan berarti menghitung seluruh daun di pohon. Kita hanya menghitung daun dalam satu dahan pohon, lalu dikalikan total cabang dalam satu pohonnya. Setelah itu barulah dikalikan dengan 10%,” papar Sdri. Eva.
Sdri. Eva mengatakan bahwa penelitian herbivori tidaklah sulit. Tantangannya terdapat pada banyaknya sampel daun yang harus diolah datanya.
"Setelah pengolahan data selesai, maka akan didapatkan nilai persentase herbivori yang dapat dijadikan sebagai parameter kualitas ekosistem mangrove yang sangat bermanfaat dalam bidang konservasi lingkungan pesisir," pungkasnya. (BKH/ADM/AP/CIFOR).
No comments:
Post a Comment