Semarang – KeSEMaTBLOG. Adalah Yulia Ulfah, seorang mahasiswi Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang yang telah mengirimkan artikelnya kepada KeSEMaT. Artikelnya ini, menceritakan tentang peranan generasi muda dalam menjaga kelestarian lingkungan pesisirnya. Dia memberikan contoh kepada para generasi muda bahwa kedermawanan tak hanya bisa disampaikan dari manusia kepada manusia lainnya, tetapi juga bisa dilsampaikan oleh manusia kepada alamnya, terutama lingkungan peisisir bernama mangrove.
Selamat menikmati artikelnya, semoga artikel Yulia ini, bisa menginspirasi kita semua untuk tetap arif dalam menjaga ekosistem mangrove, demi generasi mendatang.
Saatnya pergerakan pemuda Indonesia kembali dinanti, untuk memberikan arah perjalanan bangsa ke depan. Generasi muda menghadapi dua medan sekaligus. Terhadap lingkungannya, mereka dituntut untuk berperan sebagai katalisator bagi percepatan perubahan. Secara internal, masih banyak masalah lagi, baik secara kolektif, yaitu berupa belum menyatunya mereka dalam satu gerakan pembaharuan, maupun permasalahan dengan dirinya sendiri, yang secara pribadi mengharuskan mereka untuk menjadi seseorang yang berprestasi, dimana keduanya digunakan untuk meningkatkan daya tawar generasi muda tersebut, sekaligus mengambil peranan, dan bukannya malah memintanya.
Lingkungan sangatlah butuh perhatian yang besar dari penghuninya. Kegiatan konservasi yang dilakukan oleh para generasi muda dalam penyelamatan lingkungan, sangatlah berperan besar dalam mengatasi dampak global warming. Kerusakan lingkungan semakin hari semakin bertambah kompleks sehingga kitapun merasakan bumi semakin panas. Ini, disebabkan berkurangnya ruang yang ditumbuhi oleh pepohonan. Kerusakan disebabkan oleh penebangan, perkebunan dan aktivitas penduduk lainnya. “Berhentilah menyakiti aku, jika tidak ingin menderita,” mungkin kalimat inilah yang akan diucapkan oleh Bumi, seandainya saja ia bisa berbicara. Ini disebabkan oleh lingkungan yang semakin rusak. Kerusakan tidak hanya terjadi di darat tapi juga di laut dan udara.
Sebagian kawasan Selat Malaka, Pantai Utara Jawa, Ujung Pandang dan pesisir Timika Papua telah mengalami degradasi dan tekanan lingkungan berupa pencemaran; overfishing; degradasi fisik habitat terumbu karang, mangrove, dan lainnya, pada tingkat yang telah mengancam daya dukung kawasan tersebut sebagai pendukung pembangunan ekonomi Indonesia.
Lebih ironis lagi, penduduk pesisir sebagian besar masih merupakan kelompok masyarakat termiskin di tanah air. Apabila kondisi semacam ini tidak segera diperbaiki, maka dikhawatirkan kita tidak dapat memanfaatkan sumberdaya kelautan bagi kepentingan pembangunan nasional secara lebih optimal dan berkesinambungan.
Hutan mangrove telah dikenal mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ekosistem mangrove bagi sumberdaya ikan dan udang berfungsi sebagai tempat mencari makan, memijah, memelihara juvenil dan berkembang biak. Bagi fungsi ekologi, mangrove berguna sebagai penghasil sejumlah detritus dan penangkap sedimen.
Hutan mangrove merupakan habitat berbagai jenis satwa baik sebagai habitat pokok maupun sebagai habitat sementara. Bagi fungsi ekonomis, mangrove dapat bermanfaat sebagai sumber penghasil kayu bangunan, bahan baku pulp dan kertas, kayu bakar, bahan arang, alat tangkap ikan dan sumber bahan lain, seperti tanin dan pewarna. Bahkan tanaman mangrove dapat diolah menjadi berbagai macam makanan. Mulai dari sirup, kue, kerupuk dan lain sebagainya. Kini mangrove bertambah berkembang kegunaannya, dimana di Surabaya, mangrove diadopsi motifnya menjadi batik mangrove.
KeSEMaT adalah salah satu organisasi mangrove yang terdiri dari para generasi muda-mudi Indonesia, di bawah Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Kebangkitan semangat pemuda yang terwujud dalam suatu organisasi yaitu KeSEMaT, mengemban pekerjaan gerakan moral dalam penyelamatan mangrove. Namun, seolah para KeSEMaTERS (sebutan untuk para Anggota KeSEMaT) tak pernah merasa terbebani dengan amanah ini.
Kegiatan yang dilakukan oleh KeSEMaT seperti MANGROVE REpLaNT (MR), yang dilaksanakan pada tanggal 24 - 26 Juli 2009 kemarin di Jepara, merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat. MR terdiri dari seminar, pelatihan dan penanaman mangrove. Para pesertanya yang diantaranya terdiri dari masyarakat se-Indonesia dan warga sekitar, dikenalkan dengan mangrove dan teknik pengolahan bahan makanan dan minuman yang berbahan dasar buah mangrove.
Pelatihan pengolahan makanan berbahan dasar mangrove pada masyarakat ini, diharapkan dapat meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat pesisir, sehingga tidak akan ada lagi, penduduk pesisir Indonesia sebagai kelompok masyarakat termiskin di tanah air.
KeSEMaT dapat dijadikan contoh dalam proses kedermawanan sosial manusia kepada alam dan lingkungan pesisirnya. KeSEMaT sebagai satu-satunya organisasi mangrove di Semarang, sudah banyak terlibat disemua program dan proyek mangrove di Indonesia, baik itu sebagai peserta, fasilitator, pembicara, tenaga penyuluh, pendamping lapangan, tenaga ahli, dan lain sebagainya.
Proses terpenting dalam pemberdayaan masyarakat adalah membangun pondasi sosial. Meningkatnya kemampuan masyarakat sebagai pelaku pengelolaan mangrove dan peningkatan partisipasi masyarakat adalah hal yang ingin diwujudkan oleh organisasi mangrove ini, dengan cara mengembangkan usaha di bidang mangrove dengan cara pengelolaan yang lebih produktif dan efisien. Hal ini berarti, sesuai dengan konsep meningkatkan usaha tanpa mengesampingkan kelestariannya.
Seperti yang telah dicontohkan oleh KeSEMaT, maka peran para pemuda harus lebih aktif lagi dalam pelestarian lingkungan, karena pembangunan yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Proses pembangunan berwawasan lingkungan ini, harus pula mempertimbangkan kemungkinan kerusakan yang terjadi. Selanjutnya, mesti ditimbang dan dinilai pula, akan manfaat dan untung ruginya sebelum kemudian diputuskan dengan penuh tanggung jawab, kepada generasi mendatang.
Kesimpulannya, apabila bumi tetap saja dibiarkan seperti saat ini, hutan mangrove ditebang secara liar, sampah tersebar di muka bumi dibiarkan hingga menumpuk, maka bukan tidak mungkin bencana akan terus menerus melanda negeri ini. Dengan semakin langkanya tumbuhan, maka cadangan air juga akan semakin berkurang.
Marilah kita bersama-sama untuk menjaga bumi ini, agar kehidupan tetap berlangsung dengan baik, sembari melaksanakan pepatah “Muda Menanam, Tua Menuai,” untuk membuat bumi mau tersenyum kembali kepada kita. Kesadaran pribadi, akan turut pula dalam mendukung keberhasilan program yang dicanangkan oleh pemerintah, untuk menjadikan Indonesia hijau kembali. Dan, semoga saja, KeSEMaT menjadi pionir dalam menginisiasi dan melecut semangat Rekan-rekan muda, dimanapun mereka berada. Salam MANGROVER!
No comments:
Post a Comment