Sebagai informasi, sebelumnya BKKBN Demak juga pernah mengundang KeSEMaT sebagai trainer dalam Pelatihan Kopi Mangrove (PKM). Dengan demikian, kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan pertama.
PK2M bertujuan untuk melatih para warga Demak, terutama warga di Desa Bedono, Kecamatan Sayung agar dapat memanfaatkan sumber daya mangrove non kayu yang terdapat di sekitar desanya sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka.
Dalam kesempatan ini. Sdr. Anggoro Da'an Budi Saputro (MENWIRA) memaparkan hasil penelitian kandungan dari kopi mangrove.
"Bekerja sama dengan dosen dari Universitas Tujuh Belas Agustus, Semarang, KeSEMaT telah melakukan uji kandungan kopi mangrove," kata MENWIRA. "Dari penelitian yang kami lakukan, didapatkan hasil bahwa kopi mangrove aman dan siap konsumsi serta bisa dipasarkan, karena tidak mengandung bahan berbahaya dan terdapat kandungan yang berguna untuk tubuh kita," jelasnya lebih lanjut.
Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 09.00 - 11.30 WIB ini juga merupakan jawaban dari kegiatan sebelumnya, yaitu PKM yang belum dapat merekomendasikan hasil kandungan kopi mangrove, mengingat pada saat itu, uji kandungannya masih dalam tahap penelitian.
"Saya berharap, dengan sudah keluarnya hasil uji kandungan kopi mangrove ini, maka kedepannya warga di desa kami, yaitu Desa Bedono akan mulai dapat membuat dan memasarkan kopi mangrove tersebut," kata Ibu Tiwi, selaku Koordinator BKKBN Demak.
Sebagai informasi, di Demak memang ditemukan Rhizohpora yang melimpah. Jenis mangrove inilah yang menjadi bahan baku kopi mangrove. Selain Rhizophora, juga ditemukan jenis lainnya, yaitu Avicennia yang sudah dimanfaatkan menjadi produk olahan mangrove secara turun temurun.
"Rhizophora atau Bakau belum kami manfaatkan karena ketidaktahuan kami akan hal tersebut," ujar Pak Sayidi, selaku Ketua RT. "Kami dapat informasi dari BKKBN bahwa KeSEMaT sudah mengembangkan produk kopi dari Bakau. Mudah-mudahan, kedepannya kami dapat mengikuti KeSEMaT sehingga Bakau dapat kami manfaatkan secara ekonomi, tanpa meninggalkan aspek konservasinya," jelasnya lebih lanjut.
Kegiatan diawali dengan pembukaan, pemaparan materi, lalu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, kemudian penutup. Para warga terlihat sangat antusias menyimak materi yang disampaikan MENWIRA.
"Saya sangat senang, karena Bapak dan Ibu yang mengikuti penyuluhan kandungan kopi mangrove, antusias menyimak materi yang saya sampaikan," kata Sdr. Anggoro. "Meskipun materi yang saya bawakan cukup berat, karena menyangkut hal-hal yang berbau kimia, namun mereka mau belajar," tambahnya.
Peserta terdiri dari para Bapak dan Ibu rumah tangga yang berjumlah 25 orang. Mereka memiliki latar belakang pengolah produk mangrove, terutama aneka makanan dan minuman. Sebelumnya, mereka sudah membuat mangrove jenis Lindur dan Pidada menjadi kerupuk dan sirup
"Menurut informasi yang saya dapatkan, ada jenis mangrove yang bisa dimanfaatkan sebagai makanan dan produk lainnya sehingga bisa menghasilkan uang," kata Bpk. Lurah. "Oleh karenanya, saya berharap kepada KeSEMaT dan BKKBN agar dapat memandu warga kami dalam memanfaatkan peluang yang ada sehingga lebih tanggap akan hal ini," jelas Bpk. Lurah.
Keseluruhan kegiatan PK2M berjalan dengan baik dan lancar, yang diakhiri dengan beberapa rekomendasi penjajakan kerja sama ke depan antara KeSEMaT, BKKBN Demak dan warga Bedono.
"Mudah-mudahan, dengan adanya kegiatan ini, maka akan dapat menambah pengetahuan warga Desa Bedono, Demak mengenai pengolahan kopi mangrove," kata MENWIRA. "Tentu saja, hal ini agar mereka dapat mulai memproduksi dan menjualnya secara bijak, untuk meningkatan perekonomian mereka," pungkasnya. (ADM/ADBS/AP).
No comments:
Post a Comment