Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. Ir. Ambariyanto, M.Sc (UNDIP) dan Dr. Rudhi Pribadi (Pembimbing) dan perwakilan UNDIP lainnya, ikut hadir mendiskusikan beberapa hal terkait kondisi terkini MECoK yang telah mengalami perubahan lingkungan.
"Saat ini, di MECoK telah terdapat beberapa pembangunan untuk area pertambakan yang tentunya mempengaruhi kondisi mangrove yang telah ditanam oleh KeSEMaT sejak 2003," kata MENKOMSI. "Walaupun belum diketahui pengaruhnya secara signifikan, namun hal ini perlu didiskusikan, seputar konsep keseimbangannya dengan model silvofishery," tambahnya.
Sebagai informasi, silvofishery merupakan model penggabungan antara budi daya ikan atau udang di tambak dengan penanaman mangrove di sekitarnya, yang umumnya ditanam di pematangnya. Dengan demikian, diharapkan pembukaan lahan tambak tidak lantas merusak ekosistem mangrove, sebaliknya dapat terjadi saling keterkaitan, dimana mangrove dapat memberikan unsur hara penting bagi ikan atau udang, selain menjaga tanah tambak tetap stabil.
"Konsep pengembangan MECoK Ecopark kedepan juga dibahas di rapat koordinasi kali ini," jelas Sdr. Bagus. "Senang sekali, sudah ada beberapa investor yang mulai melirik MECoK untuk dikembangkan menjadi ekowisata mangrove, mengingat potensi keanekaragaman hayatinya yang dapat menjadi pengetahuan yang berharga bagi para pengunjung," ungkapnya lebih lanjut.
Dr. Rudhi menambahkan bahwa pembangunan fasilitas di MECoK, nantinya tidak boleh merusak ekosistemnya yang sudah terbentuk. Justru, pengembangan MECoK di masa mendatang wajib mengikuti daur hidrologi alaminya.
Rapat ditutup dengan beberapa kesimpulan, seputar pertemuan lanjutan yang dijadwalkan akan dilakukan dengan menampilkan presentasi dari IKAMaT dan KeSEMaT, mengenai grand design MECoK Ecopark, yang rencananya juga akan dihadiri oleh beberapa investor yang tertarik untuk mendukung pengembangan MECoK sebagai ekowisata mangrove. (AP/BRDA/ADM).
No comments:
Post a Comment