Latar belakang dari kegiatan ini mengingat ekosistem mangrove yang berperan penting dalam menyediakan keanekaragaman hayati, tempat berlindung bagi sejumlah spesies, meningkatkan keanekaragaman hayati, sumber daya perikanan, serta melindungi dari angin kencang dan mencegah erosi pantai bagi masyarakat pesisir. Selain itu, ekosistem mangrove juga menyerap dan menyimpan sejumlah besar gas rumah kaca. Namun demikian, degradasi ekosistem mangrove yang signifikan masih berlangsung di beberapa wilayah Indonesia, termasuk untuk tambak udang, kawasan industri dan pemukiman, penebangan, dan akibat pencemaran.
Untuk itulah, Kanada ingin mempelajari lebih lanjut tentang kesenjangan dan tantangan dalam memulihkan ekosistem
mangrove dari para pemain kunci. Informasi yang dikumpulkan akan menjadi informasi bagi pemetaan
awal bagi Kanada dan menguraikan tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan pengelolaan,
perlindungan dan rehabilitasi hutan bakau di Indonesia, sekaligus menciptakan peluang ekonomi bagi
masyarakat yang terkena dampak.
KeSEMaT yang diwakili oleh Sdr. Ghifar Naufal Aslam (Presiden), Anggoro Da'an Budi Saputro (MENWIRA), Bpk. Aris Priyono (QC) beserta para Direksi IKAMaT, yaitu Bpk. Ganis Riyan Efendi (IKAMaT) dan Bpk. Bagus Rahmattulah Dwi Angga (IKAMaT) menjelaskan mengenai teknik rehabilitasi mangrove dan pemberdayaan masyarakat di kawasan mangrove, berdasarkan pengalaman KeSEMaT yang sukses mendirikan dan mengelola tiga warga binaan mangrovenya yang memproduksi kopi, jajanan dan batik mangrove.
Selain KeSEMaT dan IKAMaT, FGD juga dihadiri oleh para pegiat mangrove dari seluruh Indonesia dan manca negara, diantaranya KEHATI, JAPPESDA, Wetlands Indonesia, Blue Forest, Yayasan Konservasi Alam Nusantara, Conservation International, WWF Indonesia, Wildlife Conservation Society, RARE, Aliansi Relawan untuk Penyelamatan Alam, Griya Karya Tiara Kusuma, BUMDES Tirta Mandiri, Witteveen+Bos, PKSPL-IPB, Asia Foundation, Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security dan lain-lain.
Pada pembahasan mengenai rehabilitasi mangrove, Bpk. Bagus menanggapi mengenai lokasi prioritas penanaman mangrove di area yang terkena dampak banjir rob.
"Di Timbulsloko, Demak, lokasi penanaman mangrove sebaiknya diprioritaskan pada area yang terkena langsung banjir rob dengan teknik penanaman yang tepat," kata Bpk Bagus. "Di titik ini, dibutuhkan penanganan yang segera agar dapat mencegah kerusakannya yang semakin meluas, di masa mendatang," tambahnya.
Bpk. Aris juga menjelaskan bahwa kurangnya sosialisasi kepada masyarakat luas menyebabkan olahan produk-produk mangrove masih dianggap sebelah mata.
"Masih banyak yang salah mengerti mengenai olahan produk-produk mangrove yang kami kembangkan di Indonesia, bersama tiga warga binaan kami," ungkap QC. "Pada umumnya, masyarakat yang belum tahu menganggap bahwa bahan baku produk tersebut dengan cara menebang kayu mangrove, padahal ini murni produk non kayu, dimana kami mengambil buah yang jatuh di tanah dan membudidaya mangrove untuk dipetik buahnya yang matang, dengan konsep budi daya," jelasnya lebih lanjut.
Keseluruhan hasil diskusi pada FGD ini akan dirangkum oleh Kedutaan Kanada di Indonesia untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah Kanada, guna upaya tindak lanjut implementasi program dan aksinya, dengan harapan dapat berkontribusi bagi upaya penyelamatan ekosistem hutan mangrove di Indonesia. (AP/ADBS/GRE/AP/ADM).
No comments:
Post a Comment