Pagi hingga tengah hari, Sdr. Hatta bersama dengan KeSEMaTER lainnya yang tergabung dalam panitia MANGRES 2016 nampak membersihkan sampah, mengganti bibit mangrove yang roboh dan mati dengan bibit mangrove yang baru, juga melakukan penyiangan mangrove.
"Saya menemukan banyak kambing di sini. Kami dan warga sekitar bekerja sama meletakkan jaring sebelum bibit mangrove, yang dipasang secara melintang sejajar dengan pematang tambak agar terhindar dari pemangsaan oleh kambing," jelasnya lebih lanjut.
Memang, di kawasan pesisir Mangkang Wetan dan Mangunharjo yang merupakan dua kawasan konservasi mangrove di Semarang, sering ditemukan kambing berkeliaran di sekitarnya. Kambing-kambing ini memangsa dedaunan bibit mangrove yang baru saja ditanam.

Saat berkunjung ke lokasi kedua, yaitu lokasi penanaman mangrove dari CV. KeMANGI, nampak 90% Cemara Laut yang telah ditanam pada bulan Desember 2015 yang lalu, dapat tumbuh dengan baik.
"Ini karena perawatan yang dilakukan oleh Tim KeMANGI berjalan dengan baik. Tim mereka secara rutin melakukan MONEV untuk menjaga mangrovenya, sehingga hasilnya dapat optimal. Kami juga berusaha demikian, dimana harapan kedepan, hasil penanaman MANGRES 2016 ini akan dapat tumbuh dengan optimal, seperti MANGRES 2015 yang juga memiliki kelulushidupan 90%," ujar Dumatra 2016 asal Pekalongan ini.
Penanaman mangrove penting, namun pemeliharaannya dirasa jauh lebih penting karena berapapun bibit mangrove yang kita tanam akan tidak berarti apabila kemudian mati tersapu gelombang laut.
"Dibutuhkan usaha keras untuk mampu menjaga kelulushidupan mangrove yang kita tanam. Berani menanam, harus berani memelihara," pungkasnya. (VD).
No comments:
Post a Comment