Oleh karena itu, upaya pengelolaan hutan mangrove sangat dibutuhkan untuk mempertahankan keutuhan hutan mangrove tersebut. Rehabilitasi kawasan hutan mangrove yang telah rusak dengan melakukan perbaikan kualitas suatu kawasan pesisir dapat dilakukan dengan jalan membibitkan kemudian menanam benih/bibit mangrove di kawasan tersebut. Untuk itu diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas yang memiliki kapasitas serta keterampilan untuk melaksanakan hal tersebut di atas.
Selain dasar pemikiran tersebut di atas, MC bertujuan juga untuk melatih anggota KeSEMaT, mahasiswa dan masyarakat umum di sekitar Pantai Teluk Awur Jepara agar dapat mengelola hutan mangrove terutama dalam hal pembibitan mangrove. Kegiatan ini dipandang perlu diadakan sebagai salah satu langkah awal dalam upaya pelestarian hutan mangrove di Teluk Awur Jepara yang semakin hari keadaannya semakin mengkhawatirkan. Untuk menyelamatkan Pantai Teluk Awur inilah, MC diadakan di Desa Teluk Awur, Jepara - Jawa Tengah yang bertempat di dua lokasi yaitu Kampus Ilmu Kelautan FPIK UNDIP untuk lokasi penyuluhan dan bedeng-bedeng persemaian mangrove KeSEMaT di belakang kampus untuk lokasi persemaian.
Secara umum, MC berjalan lancar dan sukses. Acara penyuluhan dan pembibitan mangrove yang baru pertama kali diadakan ini, mendapat respon yang bagus dari pihak peserta, panitia dan fakultas. Acara diikuti tak kurang dari 50 orang peserta dan panitia, yang diawali dengan acara penyuluhan di ruang teater Kampus Ilmu Kelautan FPIK UNDIP Jepara pada tanggal 14 Januari 2006, yang dihadiri oleh perwakilan fakultas FPIK UNDIP, Perhutani Jawa Tengah, Forum Lintas Nelayan dan Pesisir (FLNP) Jepara, Staf Anggota Komisi IV DPR RI, Ketua Kelompok Tani Mangrove Sidodadi Rembang, mahasiswa, siswa SMU Jepara, dan Pecinta Alam dari WAPALHI Jepara. Acara juga diliput oleh beberapa wartawan dari media massa seperti Radio Idola Jepara.
Setelah mengikuti penyuluhan dan serangkaian acara yang telah ditetapkan panitia, keesokan harinya (15 Januari 2006), para peserta berkumpul di depan asrama mahasiswa. Pagi itu, cuaca agak mendung disertai hujan rintik-rintik. Namun cuaca yang kurang bersahabat itu, tak mengurangi optimisme para mahasiswa untuk melakukan usaha pelestarian ekosistem mangrove dengan melakukan persemaian bibit mangrove di belakang kampus mereka. Setelah berkumpul dan berdoa untuk kesuksesan acara, para mahasiswa yang sebagian besar adalah anggota KeSEMaT itu, berjalan beriringan menuju lokasi persemaian yang letaknya kurang lebih setengah kilometer.
Ketika sampai di lokasi persemaian, hujan rintik mendadak berhenti. Setelah beberapa jam memasukkan lumpur-lumpur mangrove ke dalam polybag berwarna hitam, tubuh mereka yang tadinya basah karena air hujan, kini basah dengan keringat dan peluh yang bercucuran dari pelipis kiri, kanan, leher dan seluruh tubuh. Namun demikian, mereka terus semangat seraya bergotong royong memasukkan lumpur-lumpur mangrove ke dalam ribuan polybag yang telah disediakan panitia.
Setelah pengisian polybag selesai, peserta MC mulai menanam benih-benih spesies mangrove ke lumpur mangrove yang berada di dalam polybag. Mereka membibitkan berbagai spesies mangrove dari jenis Bruguiera cylindrica, Ceriops tagal, C. decandra, Avicennia lanata, Rhizophora mucronata, dan R. apiculata (total 2500 benih). Setelah selesai, polybag yang berisi benih itu kemudian dimasukkan ke bedeng-bedeng pembibitan yang sehari sebelumnya telah dibangun sendiri oleh panitia MC yang notabene adalah anak-anak KeSEMaT sendiri.Acara ditutup pada pukul 15.00 WIB dengan ramah-tamah antara peserta dan panitia.
Jiwa dan semangat konservasi yang ditunjukkan para mahasiswa untuk mengkonservasi dan melestarikan kawasan mangrove yang terdegradasi di sepanjang Pantai Teluk Awur Jepara, patut kita acungi jempol dan dukung sepenuhnya. KeSEMaT sendiri telah bekerja keras selama empat tahun, untuk mencoba menyelamatkan garis pantai dari abrasi karena hempasan gelombang dahsyat, dengan program-program konservasi mangrovenya seperti persemaian mangrove (Mangrove Cultivation), penanaman mangrove (Mangrove REpLaNT), pendidikan dan penyuluhan mangrove (Mangrove Movie), pendokumentasian kerusakan ekosistem mangrove (Mangrove Documentation) dan program-program lainnya.
Sayangnya, usaha keras yang telah ditunjukkan oleh para mahasiswa tersebut masih belum mendapatkan dukungan sepenuhnya dari berbagai pihak, sehingga sampai dengan empat tahun ini berkiprah dalam bidang pelestarian mangrove, KeSEMaT belum bisa merasakan hasil yang maksimal. Banyak sekali masalah dan kendala yang dihadapi yang dirasa sangat menyulitkan. Apabila terus berlanjut, di masa mendatang, hal ini ditakutkan akan bisa menghambat usaha pelestarian mangrove yang mulai dirintis kelompok studi ekosistem mangrove ini.
Contoh sederhana, pada saat MC. Para sponsor dan donatur kiranya kurang tertarik dengan acara mahasiswa (baca: acara yang diadakan oleh mahasiswa) bertema lingkungan seperti MC. Sampai dengan pelaksanaan kegiatan, hanya sedikit sponsor dan donatur yang mendukung. Bandingkan dengan acara mahasiswa yang lebih komersil semacam pentas musik, olahraga, dan acara sejenis lainnya yang tentunya akan mengeruk lebih banyak keuntungan. Sementara itu, walaupun panitia sudah banyak menyebar undangan ke berbagai pihak dan meminta mereka untuk bisa mengikuti acara penyuluhan dan persemaian mangrove, namun pada saat hari pelaksanaan, sedikit sekali masyarakat yang mau dan bisa bergabung bahkan ada beberapa instansi yang tidak mengirimkan perwakilannya, termasuk dari pihak pemerintah daerah Jepara. Selama dua hari pelaksanaan MC, peserta yang mengikuti kegiatan sebagian besar adalah dari kalangan mahasiswa sendiri.
Kenyataan seperti ini sempat membuat panitia MC bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan masyarakat sekitar Teluk Awur Jepara. Apakah sudah sedemikian kecilnya jiwa dan semangat konservasi yang dimiliki mereka? Padahal KeSEMaT setiap tahun (mulai dari tahun 2003) selalu mengadakan program pelestarian mangrove dan mengundang mereka untuk ikut serta berpartisipasi.
Jawaban dari pertanyaan ini saya rasa harus dijawab oleh masyarakat Teluk Awur Jepara sendiri. Sebagai “fasilitator,” kapasitas KeSEMaT dan rekan-rekan mahasiswa lainnya hanyalah sebagai mediator. Yang perlu diingat adalah bahwa keberhasilan dari program pelestarian ekosistem mangrove di Pantai Teluk Awur Jepara ini, sepenuhnya tergantung peran aktif, kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat Teluk Awur sendiri.
Untuk menyelamatkan pesisir Pantai Teluk Awur, memang diperlukan sikap yang lebih arif dan juga kerjasama dari semua pihak. KeSEMaT bersama rekan-rekan mahasiswanya diharapkan terus meningkatkan pola pendekatan dan pendampingan masyarakat sekitar dengan melakukan lobby persuasif yang lebih baik lagi.
Sementara itu, masyarakat sendiri juga harus lebih pro aktif dan mendukung kegiatan pelestarian yang telah dipelopori oleh KeSEMaT, dengan cara lebih meningkatkan peran sertanya dalam mengikuti program-program pelestarian ekosistem mangrove, karena hasilnya untuk kebaikan mereka sendiri. Selain itu, peranan pemerintah daerah juga sangat dibutuhkan terutama dalam hal pengaturan kebijakan dan pendanaan untuk mendukung kegiatan pelestarian mangrove di Teluk Awur Jepara. Para donatur dan sponsor diharapkan juga bisa lebih apresiatif dan tak hanya memikirkan keuntungan semata dalam mendukung program-program pelestarian lingkungan pesisir yang dilakukan oleh para mahasiswa. Sebagai penutup, harus disadari bahwa abrasi di Pantai Teluk Awur Jepara akibat gerusan gelombang sudah sedemikian parahnya.
Kalau tidak segera dicegah dan diatasi dengan melakukan pembibitan, penanaman, dan pemeliharaan ekosistem mangrove sehingga menjadi sabuk hijau pantai sebagai peredam gelombang, saya yakin, beberapa tahun kedepan, rumah-rumah masyarakat pesisir Jepara, termasuk juga Kampus Ilmu Kelautan FPIK UNDIP akan hilang, tersapu gelombang dahsyat yang semakin hari semakin menampakkan keganasannya.
nanam boleh aja, tapi jgn lupa setelah itu jg harus dirawat jgn ky yg dulu2. CAH 97
ReplyDelete